Rabu, 10 April 2013

Keindahan Dalam Siksaan

Super model menjadi perempuan bikin iri kaumnya sebab memiliki tubuh indah, kaki jenjang, wajah cantik, rambut sehat, dan kulit mempesona. Belum lagi kehidupan mereka serba glamor, lebih dari cukup, menikmati fasilitas dunia tidak habis ditawarkan, menjelajah separuh dunia, dan sebagainya. Baik secara pribadi dan kehidupan seorang super model nyaris sempurna. 

Namun dibalik kenyamanan hidup mereka, kerja keras, disiplin waktu, diet ketat, pengorbanan ekstra menjadi makanan mereka sehari-hari. Para top model tidak serta merta merebut nikmat dunia dengan menjentikkan jari. Butuh tahunan hingga mereka diakui sejagat dengan bayaran yang juga tidak sedikit sebab peras keringat itu.

Mereka yang berlenggak lenggok di atas panggung peragaan busana rata-rata punya pengalaman tidak mengenakkan saat membawakan baju rancangan desainer ternama. Cacian dan makian sang perancang lantaran model kurang bernyawa dalam membawakan busana itu sudah menjadi makanan saban hari. Bila sudah begini, reputasi pun jadi taruhan. Sekalinya gagal, mereka dilarang untuk membawakan kembali busana dari desainer itu. 

Para top model pun harus rela menghabiskan waktunya di udara, berpindah dari satu negara ke negara lain saban tahun untuk bekerja di acara tahunan macam London Fashion Week (Inggris), New York Fashion Week (Amerika Serikat), dan acara serupa di dua kota mode lainnya yakni Milan (Italia) dan Paris (Prancis). Ratusan busana desainer berikut sepatu-sepatu cantik berjajar untuk diperagakan.

Para model boleh berbangga hati lantaran bisa memakai busana buatan perancang dunia berharga ratusan juta rupiah, namun percayalah tidak seluruh baju, dan sepatu itu menyenangkan. Banyak diantaranya menyakitkan dan menyiksa. Surat kabar the Daily Mail (12/10/2011) pernah mengulas kaki-kaki para super model yang ternyata tidak semulus perkiraan masyarakat awam. 

Luka, lebam, lecet, memar, hanya sebagian kecil kecelakaan pada kaki para super model sebab mereka dipaksa untuk menggunakan sepatu-sepatu dengan ukuran tidak sesuai hingga bentuk sepatu tidak nyaman. Kebesaran atau kekecilan merupakan hal biasa. Mereka dituntut untuk mengabaikan itu. Namun sekalinya tersandung bahkan terjatuh jidat tercoreng dengan sebutan model kurang profesional.

Bukan hanya korban kaki, terkadang wajah dan rambut harus menggunakan tata rias dengan ketebalan hingga dua sentimeter. Banyak dari model dunia pernah merasakan rambutnya terjambak saat hendak ditata. Bila sudah begini mereka hanya bisa menahan air mata dan berujar pada diri sendiri akan ada kesenangan di balik semua penderitaan itu.

Jangan lupakan diet ketat yang mengharuskan mereka memiliki tubuh kurus seperti penyakitan. Timbangan bergeser saja mereka langsung dihujani ocehan dari para perancang, manajer, agen, dan banyak lagi. Bila sudah begini mereka rela tidak menyentuh makanan normal agar berat tubuh kembali di angka sebelumnya. Tak heran jika banyak super model punya masalah pencernaan bahkan mengidap anoreksia saking ingin tetap kurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar